Bagi Ustadz Dasep (52 tahun), penghasilan yang tak seberapa itu justru ia gunakan untuk membangun madrasah di kampungnya. Di siang hari, Ustadz Dasep hanyalah seorang buruh ladang biasa. Tangannya terbiasa mencangkul tanah, memanen sayuran, dan mengangkat karung hasil panen orang lain. Upahnya? Hanya cukup untuk makan sehari-hari bersama keluarganya. Tak ada yang menyangka bahwa dibalik lelahnya bekerja di ladang, ia menyimpan tekad besar yang tak biasa.
Ketika Malam, Orang Tidur… Tapi Beliau Sibuk Memasang Pondasi Madrasah
Saat orang-orang tertidur nyenyak di malam hari, beliau justru mengambil palu, menyusun batu bata, dan menancapkan kayu demi membangun sebuah madrasah. Sendirian, dalam gelapnya malam, dengan penerangan seadanya, Ustadz Dasep terus mengetuk palu, merangkai setiap bagian bangunan hingga akhirnya berdiri tempat belajar bagi anak-anak di desanya. Namun, niat mulianya tak selalu diterima dengan baik. Tak sedikit yang mencibir, meragukan, bahkan menghakiminya. Padahal, ia tak mengharapkan upah atau pujian.
Ke mana para santri pergi? Apa yang membuat mereka meninggalkan pengajian tanpa ada pemberitahuan dulu?
Dulu, beliau mengajar di masjid. Santrinya mencapai 50 orang. Namun, tanpa alasan yang jelas, hampir semua pergi begitu saja, meninggalkan beliau hanya dengan lima santri, empat dari tetangganya, dan satu anak kandungnya sendiri. Apakah itu membuatnya menyerah? Tidak. Selama empat tahun, dengan santri yang tersisa, ia terus mengajar tanpa pamrih. Hingga akhirnya, santri yang dulu pergi kembali datang, satu per satu, tanpa beliau panggil. Kini, 85 santri belajar di madrasah yang beliau bangun dengan tangannya sendiri.
Yang lebih mengagumkan, beliau tak pernah meminta bayaran sepeserpun dari para santrinya. Tidak ada iuran bulanan, tidak ada pungutan biaya pembangunan. Semua dibiayai dari hasil keringatnya kerja di ladang. Bahkan, ia menjual kambing satu-satunya demi membeli kayu untuk madrasahnya.
Lebih dari Sekadar Guru Ngaji, beliau pejuang ilmu sejati, tak kenal lelah demi santri.
Pernah suatu hari, anaknya meminta uang 700 ribu untuk membeli kitab di pesantren. Saat itu, Ustadz Dasep benar-benar tak punya uang, bahkan untuk makan pun pas-pasan. Tapi keyakinannya kepada Allah tak tergoyahkan. Ia terus berdoa, hingga di hari terakhir, tanpa diduga, ada tetangga yang datang membayar hutang. Padahal, beliau tak pernah merasa memberi pinjaman uang sebelumnya! Jumlahnya? Tepat 700 ribu.
Inilah bukti bahwa siapa yang menolong agama Allah, pasti Allah cukupkan segala kebutuhannya.
Kini, setelah bertahun-tahun berdiri, madrasah yang beliau bangun mulai rapuh. Kayunya lapuk, dindingnya retak. Namun, jumlah santri terus bertambah. Ustadz Dasep masih terus berjuang, mengajar dengan semangat, walau harus berladang di pagi hari dan mengajar hingga larut malam.
#LebihDariSekedarPuasa Bantu Sejahterakan Guru Ngaji di Pedesaan
Mereka bukan hanya mengajarkan ilmu agama, tapi juga membentuk generasi penerus yang berakhlak. Setiap ayat yang mereka ajarkan, setiap huruf yang mereka lafalkan, pahalanya akan terus mengalir.
Ramadhan ini, mari sisihkan sebagian rezeki untuk kesejahteraan Ustadz Dasep dan dai perkampungan lainnya. Beri hadiah Hari Raya sebelum berlalunya Ramadhan. Semoga setiap ilmu yang mereka ajarkan, menjadi pahala untuk kita. 🤲📜
Salurkan donasi terbaik Anda dengan cara:
Kantor Yayasan Yuk Peduli
Perum Banyuherang, Jl. H. Hasan Arif No.3, Cipicung, Banyuresmi, Kab. Garut, West Java 44191
Rekening Donasi a.n Yayasan Yuk Peduli
Bank BCA - 1485300033
Bank Mandiri - 1770011127088
Bank BSI - 7203486671
Bank BNI - 991191121
Bank BRI - 134501000270565
Informasi & Konfirmasi Donasi
CS Donasi Online: 0813-1322-8823
Belum ada Fundraiser