Jatuh engga, kebentur engga, tapi lebamnya bertahun-tahun. Ahmad yang waktu itu masih bayi akhirnya, diurut ke tukang pijat. Tapi bukannya sembuh malah makin bengkak. Pas diperiksa dokter, ternyata Hemophilia.

Namanya Ahmad, anak sulung harapan keluarganya ini harus berhadapan dengan takdir yang menyakitkan.
Kala itu orang tuanya tidak tahu kalau di dalam tubuh mungil itu bersarang penyakit yang cukup ganas. Mereka kaget ketika melihat bayinya yang baru lahir itu tiba-tiba banyak lebam di sekujur tubuhnya.
Sejak usia 4 bulan sampai usianya 5 tahun, Ahmad sering keluar-masuk rumah sakit. Puncaknya ketika Ahmad khitan, ternyata luka bekasnya tak kunjung sembuh sampai 40 hari lamanya. Dan ternyata Ahmad divonis memiliki penyakit Hemophilia.


Gejala seperti pusing, mudah lelah, tiba-tiba sakit di sekujur badannya sudah sering Ahmad rasakan. Apalagi kalau kecapekan pasti keluar mimisan yang mana darahnya itu tidak dapat berhenti.
Ayahnya Ahmad, bapak Ade (47) pada saat itu bekerja sebagai sopir pengangkut sayuran yang penghasilannya tidak seberapa mengalami kecelakaan, tulang kakinya patah. Sebagai tulang punggung, Ayahnya tidak lagi bisa mencari nafkah. Ditambah kehadiran adik kecilnya Azizah (16) terkena sakit epilepsi. Mengharuskan Ibunya Ahmad, Ibu Iis (43) bekerja serabutan sebagai buruh jahit (goodie bag supermarket) dengan upah 500 perak/pc, seminggu bisa jahit 100-200 pc, ibunya di upah 100 ribu/minggu.


Ahmad merasa sedih melihat orang tuanya pontang panting mengurus dirinya, dan adiknya yang difabel. Sebagai anak sulung dia merasa bertanggung jawab untuk mengangkat derajat keluarganya dengan bekerja di salah satu jasa pengiriman paket.
Namun, sekitar dua bulan yang lalu (Mei), penyakit itu kembali kambuh dan menurut Ahmad ini yang paling parah. Ahmad merasakan nyeri yang luar biasa, ia kira karena kecapean kerja. Namun rasa nyeri itu tidak kunjung sembuh sampai kesulitan jalan.

Ahmad sempat drop dan harus dirawat di rumah sakit. Ia menjalani pengobatan injeksi konsentrat atau penyuntikan cairan ke dalam tubuhnya, satu kali injeksi 3 juta. Sekali pengobatan, Ahmad harus melakukan dua kali injeksi yang mana membutuhkan biaya sekitar 6 juta. Orang tuanya tidak punya uang sebanyak itu, terpaksa berhutang sana-sini untuk pengobatan anaknya.
Ahmad dan keluarga tinggal di rumah sepetak, dibangun diatas tanah sewaan PT KAI, setahun harus bayar 600 ribu. Keluarga Ahmad kemungkinan terusir dari tempat tinggalnya yang sekarang karena ada rencana pembangunan stasiun di daerahnya. Belum lagi hutang yang terus menumpuk bekas berobat Ahmad.

Meski begitu Ahmad percaya kalau dia bisa sembuh dan kembali bekerja. Tapi Ahmad harus rutin menjalani transfusi darah seumur hidupnya. Jika tidak ditangani segera, ada kemungkinan nyawanya tak tertolong karena komplikasi akut akibat penyakit ini karena ada pula penderita yang tidak menunjukkan gejalanya.
Temen-temen, yuk bantu Ahmad untuk perjuangkan kesembuhan penyakitnya! Donasimu akan diberikan dalam bentuk bantuan medis dan kebutuhan harian keluarganya. Semoga bantuan yang kita berikan ini menjadi ladang amal sholeh dan meringankan beban keluarga Ahmad.
Salurkan donasi terbaik dengan cara:
- Klik tombol Donasi
- Masukan nominal sedekah
- Pilih metode pembayaran
- Selesaikan dengan lanjutkan pembayaran
Dapatkan update dan laporan program melalui email/whatsapp yang Sahabat cantumkan
Kantor Yayasan Yuk Peduli
Perum Banyuherang, Jl. H. Hasan Arif No.3, Cipicung, Banyuresmi, Kab. Garut, West Java 44191
Rekening Donasi a.n Yayasan Yuk Peduli
Bank BCA - 1485300033
Bank Mandiri - 1770011127088
Bank BSI - 7203486671
Bank BNI - 991191121
Bank BRI - 134501000270565
Informasi & Konfirmasi Donasi
CS Donasi Online: 0813-1322-8823
Baca selengkapnya ▾